Kota Iligan di Filipina ditutup. Hal ini rupanya karena kota tersebut kebanjiran pengungsi dari Marawi, dan pemerintah kota tersebut takut wilayah itu disusupi kelompok radikal Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
Pertempuran militer dengan kelompok Maute di Marawi menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte yang masih seumur jagung.
“Kami tidak mau apa yang terjadi di Marawi menular ke sini (Iligan). Kami ingin memastikan keamanan warga di sini untuk mencegah sejumlah elemen masuk dan melakukan aksi terorisme,” tutur Kolonel Alex Aduca, kepala Batalion Infanteri Keempat, seperti dilansir dari Reuters, Senin (29/5).
Dia melanjutkan sejumlah pemberontak tertangkap tangan mencoba masuk Iligan. Meski demikian, dia tak melanjutkan lebih banyak lagi.
Hampir seratus orang tewas akibat pertempuran dengan kelompok militan Maute yang diduga berbaiat ke ISIS. Pemberontak Maute mengamuk di Marawi setelah pemerintah gagal menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin ISIS di Filipina.
Kemampuan Maute untuk memerangi kekuatan militer hingga sejauh ini menimbulkan kekhawatiran akan penyebaran ideologi radikal ISIS di Filipina bagian selatan. Wilayah ini juga bisa menjadi surga perlindungan bagi para militan dari Indonesia, Malaysia dan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar