Seperti dilansir CNN, Senin (24/4/2017), warga AS yang tewas ini merupakan bagian dari Misi Pemantauan Khusus (SMM) di Ukraina oleh Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE). Ledakan terjadi saat anggota misi tersebut sedang melakukan patroli di Ukraina Timur.
Sekjen OSCE, Lamberto Zannier, menyebut ini merupakan pertama kalinya anggota patroli SMM tewas saat bertugas. Ledakan itu terjadi di kawasan Luhansk, dekat Pryshyb, pada Minggu (23/4) pagi waktu setempat.
Kendaraan yang ditumpangi para pemantau itu rusak parah akibat ledakan. Ledakan itu melukai dua pemantau lainnya. Sedangkan identitas warga AS yang tewas itu belum dirilis ke publik.
Belum diketahui pihak yang bertanggung jawab atas ledakan ini. OSCE masih menyelidikinya secara menyeluruh.
"Insiden mengerikan ini menggarisbawahi meningkatnya situasi keamanan berbahaya yang dihadapi pemantau SMM setiap hari. Semua pihak bertanggung jawab untuk keselamatan dan keamanan para pemantau OSCE," sebut Zannier.
Secara terpisah, Wakil Ketua Pemantau OSCE Alexander Hug menyebut ledakan itu kemungkinan besar dipicu oleh ranjau. Konflik sengit antara separatis pro-Rusia dengan militer Ukraina terus berlangsung di Ukraina bagian timur. Krisis kemanusiaan itu menjadi konflik Eropa paling berdarah sejak perang Yugoslavia pada awal tahun 1990-an.
Departemen Luar Negeri AS menyampaikan bela sungkawa dan mengaku terkejut serta sedih atas kematian warganya. "Mengecam seluruh aksi keji dan intimidasi terhadap para pemantau," demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
AS mendorong Rusia untuk menggunakan pengaruhnya terhadap kelompok separatis di Ukraina Timur. Para separatis di Ukraina Timur kebanyakan pro-Rusia. "Untuk mengizinkan OSCE melakukan penyelidikan menyeluruh, transparan dan tepat waktu," tegas otoritas AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar